Musik Itu Didengar Bukan Dilihat

|
  
     Zaman berkembang seiring melajunya waktu. Karir di dalam permusikan semakin menjanjikan. Pendapatan industri musik semakin tinggi, namun bukan berarti persaingan semakin meregang justru sebaliknya. Setiap industri permusikan harus memutar otak, bagaimana bisa meraup keuntungan lebih dengan menyingkirikan industri lawan.
     Banyak hal dihalalkan secara paksa. Tahun 90-an banyak band dunia papan atas beraliran heavy-metal. Disetiap inchi style, fashion, dan lirik lagunya bagi saya kagak enak didengar. Namun, yang saya heran kenapa banyak sekali fans-nya? saya pernah baca di perpustakaan sekolah saya, ternyata gaya, busana serta lirik lagu band-band tersebut mengadopsi gaya “pemujaan setan”. 
     Sekarang, di tahun 2000-an. Mungkin heavy-metal sudah banyak ditinggalkan. Lagi-lagi industri permusikan harus memutar otak. Musik hanya akan bertahan dengan memiliki daya tarik yang tinggi, namun jika hanya didengar apa yang dapat dipertahankan?. Eurekaaa..!!! berpikirlah mereka dengan memadukan kecantikan atau ketampanan wajah dengan kemolekan tubuh tanpa harus memerhatikan makna lagu, keuntungan akan mengalir deras.
     Terbukti, demam K-pop meningkat pesat di tanah air. Semua cewek terpana dengan ketampanan boyband, mereka suka musiknya, namun sedikit sekali dari mereka yang mengerti lagunya. “sing penting gantengkata salah satu teman saya. Begitu juga dengan teman saya lainnya, “girlband tuh enaknya lihat video, kalau dibuat musik mp3, apa yang mbok dapet?”.
     Tidak hanya pengaruh K-pop, musik khas Indonesia pun kini kurang berkualitas. Ya, Dangdut. Dulu, Rhoma Irama membawakan lagu dangdut penuh dengan makna. Namun kini, Dangdut semakin semeraut. Banyak lagu mengangkat topik kurang mendidik, misalnya -maaf- “perempuan jalang“. Bodohnya, si penyanyi menyanyikan lagu “aku bukan pelacur” tapi membawakan lagunya itu dengan tarian erotis pembawa hasrat.



     Bisa dilihat sekarang, asal punya modal cakep tok, anda bisa jadi artis. Berbeda dengan dulu, walau dunia dipenuhi band satanis, di tanah air sendiri misal Ebiet G Ade, Iwan Fals dan Bimbo dapat meraih antusiasme karena lagunya yang penuh dengan makna kehidupan. Namun bukan berarti kontemporer Indonesia maupun dunia tidak memiliki musisi-musi yang masih memerhatikan unsur makna lagu dibanding gaya berpenampilan. Bagi mereka tak perlu  fashionable berpenampilan. Karena bagi mereka musik itu didengar bukan dilihat.

0 komentar:

Posting Komentar